Minggu, 07 Februari 2010

Penarikan Uang Kertas pecahan Rp. 1.000,-

Pemerintah berencana menarik peredaran uang kertas pecahan Rp. 1.000,-. Dari sumber yang TIDAK BISA DIPERCAYA, ada cerita menarik pada saat awal pengedaran uang kertas pecahan Rp. 1.000,-. Sebelum diedarkan, digabung dalam satu kantong dengan uang kertas pecahan Rp. 100.000,-. Pada saat di kantong itulah mereka saling berpamitan ;
Rp. 100.000,- : "Hati-hati ya Dik, kita saling berpisah. Mudah-mudahaan kita dapat bertemu lagi kelak"
Rp. 1.000,- : "Iya Kak...., Kakak juga hati-hati... mbok ada yang merobek, membakar, atau memalsu kakak..."
Rp. 100.000,- : "Iya Dik, mari kita saling berdoa"
Begitulah dialog antara uang kertas pecahan Rp. 100.000,- dengan uang kertas Rp. 1.000,- sebelum beredar.
Selang beberapa tahun kemudian dalam peredaran mereka saling bertemu. Tapi betapa kagetnya Uang Rp. 100.000,- setelah melihat adiknya yang pecahan Rp. 1.000,- karena begitu kumel, dekil, kotor, dan bau. Sementara Uang Rp. 100.000,- masih bersih, cerah, dan tidak ada bekas lipatan sama sekali. Baunya juga wangi.
Rp. 100.000,- : "Aduh Dik.... kasihan sekali kau...., sudah kumel, kotor, bau... lagi"
Rp. 1.000,- : "Iya kak.....karena aku melewati pedagang sayur, pedagang bumbu, saku anak sekolah......"
Rp. 100.000,- : "Pasti melewati tukang parkir yang bau keringat kan ? Juga melewati dada simbok yang biasa menyimpan uangnya dalam kemben ?" Uang Rp. 100.000,- setengah mengejek, karena merasa dirinya bersih dan wangi.
Rp. 1.000,- : "Iya Kak.... tapi mungkin aku lebih Mulia dari Kakak, karena aku sering melewati kotak Infak, Kotak Masjid, dan Kotak Sumbangan. Sementara Kakak meskipun sering masuk dompet ibu-ibu Pejabat, belum tentu diperoleh dari cara yang sah dan halal....."
Tentu saja cerita ini tidak ada kaitannya dengan rencana Pemerintah menarik Uang Kertas Pecahan Rp. 1.000,- karena ini hanya simbol bahwa biasanya orang menyumbang masjid dan tempat-tempat ibadah hanya dengan pecahan Rp. 1.000,-.

1 komentar: