Minggu, 10 Januari 2010

KENEK TEMBOK

“Semarang Jogya… Semarang Jogya…. Semarang Jogya…… “ ; teriak seorang calo.
“Bandung… Bandung…. Bandung….” ; teriak calo yang lain.
Pagi itu suasana terminal Pulogadung cukup ramai. Suara deru kendaraan yang sedang menunggu penumpang memekkakan telinga. Sesekali bunyi klakson bus yang lain tidak kalah kerasnya ; “Trreeeeet ..!! Trrreeet…..!!”.
Dan diujung utara terlihat bus yang maju mundur sedang atret menempatkan posisinya. “Terus….. terus….. !” teriak sang kenek yang asli Jawa sambil melambai-lambaikan tengannya tanda agar bus terus maju. Tangan sopir dari Batak yang gesit memutar-mutar kemudi sambil memperhatikan pandangan depan dan sepion. “Bales….! Bales….!” Terika sang kenek lagi.
“Gemana nich …?” Tanya sang sopir kepada kenek karena pendangannya kurang jelas.
“Terus….! Teruss………! Teruuuuuussssss……” jawab kenek bus.
Maka sopirpun semakin kenceng nancap gasnya. Tiba-tiba…. “Braacckkkk…!”. Bis menghantam tembok. Betapa marah si sopir pada keneknya karena dibilang terus… terussss…. “Bah gemana pula kau ini…. Dasar Kenek Taek louh …!! “.
Keneknya menjawab tanpa merasa bersalah ; “Nggak kok mas… Kenek tembok…”
Oalaaah. Yang dimaksud itu kenek kayak (maaf) tai/tinja/kotoran manusia. Tapi si kenek mengira kenek (kena) kotoran, padahal kena (menghantam) tembok. Dasar …. Sama-sama gobloknya…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar